Music

Endank Soekamti - 08. Long Live My Family

Powered by mp3skull.com

Minggu, 19 Mei 2013

Semangatku Impianku

Menari, kata itu yang hampir setiap hari aku menyebutnya dan melakukanya. Entah dari siapa aku dapat menari, yang kata teman-temanku itu bagus dan indah. Kata Ibuku dulu sewaktu aku masih dalam kandungan, Ibuku sering menonton pertunjukkan seni tradisional. Baik ludruk (di Madiun), reog (khas Ponorogo), tari-tarian tradisional, dan lain-lain. Sewaktu itu Ibuku berharap aku (yang ia kandung) dapat seperti apa yang ia lihat. Mungkin berawal dari situlah aku bisa menari seperti ini. Dan itu membuatku bangga, karena selain untuk melestarikan budaya Indonesia aku juga ingin mengenalkan budaya Indonesia ke masyarakat luas.

Awal aku menari yakni pada saat aku masih TK. Saat itu aku menarikan tarian dolanan (mainan) yang di kreasikan oleh guru Tkku. Pertama aku tampil dihadapan para orang tua dan orang tuaku juga di HOTMER(Hotel Merdeka), perasaanku degdeggan dan kurang pede. Setelah perfom, aku di beri tepuk tangan oleh semua orang yang hadir di sana. Hatiku gemetar, badanku dingin. Aku seperti baru menjadi bintang.

Berawal dari perfom di hadapan para orang tua itu yang mengantarku berani berlatih terus dan terus. Awal masuk SMP, aku berani mengambil jurusan pengembangan diri ke dalam seni tari. Dan aku menjadi ketua kelasnya. Karena aku diberi kepercayaan oleh guruku, Sri Danarti atau yang kerap dipanggil bu Danar, aku beranikan diri untuk selalu tampil di untuk mengisi acara-acara sekolahku. Mulai dari tampil untuk nilai ulangan, tampil untuk mengisi acara di perpisahan ataupun mengisi acara perkawinan. Saat aku duduk di kelas 2 SMP, aku terpilih seleksi untuk ikut lomba menari kelompok antar SMP/MTs se-Madiun di DIKBUD. Setiap hari aku terus berlatih. Berlatih tanpa henti. Dirumah, disekolah, diwaktu luang, di waktu libur aku selali berlatih. Tak buruk hasilnya, aku dan kelompokku mendapatkan juara 3. Bersyukur sangat karena tetap bisa maju. Tanpa ada rasa iri, aku dan kelompokku tetap berlatih.

Pada saat pertengahan semester 2, aku dan kelompokku diminta ikut lomba FLSSN dengan tema yang mungkin tidak dapat dikejar hanya dengan waktu 2 bulan. Guruku,Bu Danar hampir menyerah, tapi aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Dan akhirnya aku meyakinkan bu Danar untuk tetap melatih kami. Hampir setiap hari kami berlatih, menguras keringat, menguras waktu, meninggalkan pelajaran. Dan pada saatnya tiba, kami bersiap untuk tampil, berias diri. Sesampai di tempat perlombaan, kami tidak menyangka jika kami akan tampil awal. Dengan sedikit gugup aku memulai dan menenangkan teman-temanku agar tampil semaksimal mungkin.

Setelah tampil kita semua tidak segera pulang karena berharap mendapat nomor (kejuaraan), akan tetapi itu semua hanya harapan kosong. Kami tidak mendapat tempat yang kami inginkan. Rasa kecewa, rasa benci, rasa malu semua menjadi satu pada saat itu. Namun, aku tetap memberi semangat terhadap teman-temanku agag tampil lebih baik lagi dan belajar dari kesalahan ini.

Aku naik ke kelas 3 dan sedikit menjauh dari menari. Namun aku tetap mau membantu adik-adik kelasku untuk berlatih. Aku selalu menyemangati adik-adik kelasku untuk tidak menyerah.

Dan sekarang aku sudah kelas 1 SMA. Aku ingin di saat aku masih dapat berkarya, aku ingin mengikuti lomba-lomba untuk mengisi daftar prestasiku. Dengan demikian peluangku untuk masuk ke ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta semakin besar. Dan aku berharap sangat jika aku masuk ke ISI tersebut dengan jalur undangan. Harapanku yang lain adalah aku bisa menjadi penari profesional dan dapat membawa kebudayaan Indonesia ke Luar Negeri untuk aku perkenalkan kepada mereka bahwa Indonesia itu kaya akan kebudayaan. Menurutku hidup berawal dari mimpi, dan akan tercapai dengan kerja keras serta doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar